Kamis, 21 Juni 2012

Secangkir Coklat


        Saat udara menghembuskan aura nya, saat itu pula aku duduk manis dibawah langit biru, di temani padang rumput hijau nan megah, padang rumput itu bukan sebuah ilalang yang tinggi menjulang, namun padang rumput itu rendah menari-nari, mengisyaratkan ia sedang bergembira dengan angin.
Menikmati udara sore hari adalah kebiasaan utamaku setelah selesai beraktifitas di sekolah, padang rumput yang tak begitu luas adalah tempat faforitku di rumah, katakan saja itu adalah halaman belakang yang sering menjadi tempatku bersandar saat lelah, menjadi tempatku mencari inspirasi saat aku ingin mulai berkarya, seperti sekarang. Di temani secangkir coklat dingin dan laptop kesayangan aku berkarya, walaupun karyaku bukan sebuah karya yang patut di kagumi namun setidaknya dengan ini aku dapat berbagi setiap hal yang ingin ku ungkapkan, sebagai ungkapan dan lukisan hatiku yang bahagia dan kelabu.

Hari ini aku ingin mengisahkan tentang secangkir coklat, saat awal aku bertemu dengannya, coklat panas yang sangat nikmat, aku coklat dingin yang beku sebeku hatiku, entah mengapa aku sangat beku, aku beku dengan orang disekitarku, aku hanya diam tanpa mau tau.
udara menghembuskan aura kesejukan pagi ini, sebelum berangkat ku teguk secangkir coklat dingin seperti biasa, dengan bahagia dan ketenangan ku buka bagasi dan melajulah aku ke tempatku bertemu dengan mereka, coklat-coklat yang lain.
Tak banyak yang dapat dilakukan di sekolah untuk sekarang, ujian akhir sekolah juga sudah selesai. hanya diam dan setelah itu pulang. Benar-benar membuang waktu ku saja. Setelah acara yang membosankan itu selesai aku pergi ke taman kota menyambut festifal budaya dengan beberapa coklat yang lain, setiba di tempat itu aku hanya diam seperti yang biasa aku lakukan.
Aku memang coklat dingin yang tak banyak berkata selama aku tak memiliki urusan. Saat berjalan mencari pakaian batik, mereka coklat-coklat sahabatku berlari mendekati sebuah panggung yang di meriahkan beberapa penyanyi idola mereka, dengan senyum sebar dan sedikit teriakan terdengar dari mulut mereka, aku hanya berdiri sembari tersenyum kecut melihat coklat-coklat itu beraksi.
Tak beberapa lama berdiri, tiba-tiba datang seorang laki-laki. Dia berdiri di sampingku, dan tiba-tiba
“hai, selamat siang! Sudah lama berdiri disini?” terdengar dia sedang menyapaku.
Aku hanya mengerutkan dahiku, tanpa ku ucap satu katapun dari mulutku.
Dia tersenyum seperti tanda dia bahagia, kenapa dia tetap tersenyum atau hanya mengejekku saja. Hah .. pemikiran yang dangkal bagiku.
Setelah itu dia pergi, tak lama dia datang kembali membawa dua buah cangkir ditanganya.
“ini untukmu” sambil memberikan secangkir coklat.
Aku hanya diam dan lagi-lagi kukerutkan dahiku.
“ambillah..” ucapnya lagi pelan.
Ku ambil secangkir coklat itu, ku teguk sambil ku pandang iya yang tersenyum manis.
“terimakasih …” ucapku sambil tersenyum .
Secangkir coklat panas itu meluluhkan hatiku yang beku. Dialah secangkir coklat panas untukku.
Udara berganti dingin, aku pun tersipu malu siang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar